Sahabat

Sabtu, 02 Juni 2012

JADWAL EURO 2012




Tinggal beberapa hari lagi liga Piala eropa 2012 atau euro cup 2012 diadakan, yaitu tanggal 8 juni 2012. berikut adalah Download Jadwal Euro 2012 pdf atau excel

Jadwal Euro 2012 RCTI - EXCEL (Piala Eropa)
GRUP A
Polandia
Yunani
Rusia
Ceko

No Tanggal Laga Jam
1 Jumat, 08 Juni 2012 Polandia vs Yunani 23.00 WIB
2 Sabtu, 09 Juni 2012 Rusia vs Rep.Ceko 01.45 WIB
3 Selasa, 12 Juni 2012 Yunani vs Rep.Ceko 23.00 WIB
4 Rabu, 13 Juni 2012 Polandia vs Rusia 01.45 WIB
5 Minggu, 17 Juni 2012 Rep.Ceko vs Polandia 01.45 WIB
6 Minggu, 17 Juni 2012 Yunani vs Rusia 01.45 WIB

Grup B
Belanda
Denmark
Jerman
Portugal

No Tanggal Laga Jam
1 Sabtu, 09 Juni 2012 Belanda vs Denmark 23.00 WIB
2 Minggu, 10 Juni 2012 Jerman vs Portugal 01.45 WIB
3 Rabu, 13 Juni 2012 Denmark vs Portugal 23.00 WIB
4 Kamis, 14 Juni 2012 Belanda vs Jerman 01.45 WIB
5 Senin, 18 Juni 2012 Portugal vs Belanda 01.45 WIB
6 Senin, 18 Juni 2012 Denmark vs Jerman 01.45 WIB

Grup C
Spanyol
Italia
Republik Irlandia
Kroasia

No Tanggal Laga Jam
1 Minggu, 10 Juni 2012 Spanyol vs Italia 23.00 WIB
2 Senin, 11 Juni 2012 Irlandia vs Kroasia 01.45 WIB
3 Kamis, 14 Juni 2012 Italia vs Kroasia 23.00 WIB
4 Jumat, 15 Juni 2012 Spanyol vs Irlandia 01.45 WIB
5 Selasa, 19 Juni 2012 Kroasia vs Spanyol 01.45 WIB
6 Selasa, 19 Juni 2012 Italia vs Irlandia 01.45 WIB

Grup D
Ukraina
Swedia
Perancis
Inggris

No Tanggal Laga Jam
1 Senin, 11 Juni 2012 Prancis vs Inggris 23.00 WIB
2 Selasa, 12 Juni 2012 Ukraina vs Swedia 01.45 WIB
3 Jumat, 15 Juni 2012 Swedia vs Inggris 23.00 WIB
4 Sabtu, 16 Juni 2012 Ukraina vs Prancis 01.45 WIB
5 Rabu, 20 Juni 2012 Inggris vs Ukraina 01.45 WIB
6 Rabu, 20 Juni 2012 Swedia vs Prancis 01.45 WIB

Jadwal Perempatfinal Euro 2012
No Tanggal Laga Jam
A Kamis, 21 Juni 2012 Juara Grup A vs Runner-up Grup B 01.45 WIB
B Jumat, 22 Juni 2012 Juara Grup B vs Runner-up Grup A 01.45 WIB
C Sabtu, 23 Juni 2012 Juara Grup C vs Runner-up Grup D 01.45 WIB
D Minggu, 24 Juni 2012 Juara Grup D vs Runner-up Grup C 01.45 WIB

Jadwal Semifinal Euro 2012
No Tanggal Laga Jam
1 Rabu, 27 Juni 2012 Pemenang A vs Pemenang B 01.45 WIB
2 Kamis, 28 Juni 2012 Pemenang C vs Pemenang D 01.45 WIB

Jadwal Final Euro 2012
No Tanggal Laga Jam

Minggu, 1 Juli 2012 Pemenang 1 vs Pemenang 2 01.45 WIB

Dikutip dari: http://atheistreligiousstudies.blogspot.com/2012/05/download-jadwal-euro-2012-pdf-excel.html

Selasa, 29 Mei 2012

Patogenesis Pemenuhan Eleminasi Fecal


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pada masyarakat negara yang sedang berkembang seperti halnya Indonesia terutama pada kota-kota metropolitan, sangat memperhatikan sekali kesehatan ususnya, jumlah informasi dan kecemasan terhadap kesehatan usus dan pemenuhan kebutuhan eleminasi lebih banyak daripada topik kesehatan yang lainya.
Dalam makalah ini kami melatar belakangi bahwa pentingnya mengetahui pengetahuan tentang peran dan fungsi perawat. Maka dari itu kami akan menguraikan semua hal tersebut dalam makalah yang berjudul “Patogenesis dan Patopisiologi Gangguan Pemenuhan Eleminasi Fecal”

1.2  Tujuan Umum
Agar mahasiswa mengetahui ganguan dalam pemenuhan eleminasi fecal

1.3  Tujuan Khusus
Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang :
·         Pengertian Eliminasi Fekal
·         Gangguan Eliminasi Fekal
·         Masalah-masalah Pada Gangguan Eliminasi
·         Etiologi Penyebab Gangguan Eliminasi Fekal
·         Faktor pencetus gangguan eliminasi fekal
·         Patofisiologi
·         Gangguan Eliminasi Fekal
·         Tanda dan Gejala
·         Pemeriksaan Penunjang
·         Karakteristik Fases


1.4  Sistematika Penulisan
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I  PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan
1.3. Sistematika Penulisan 
BAB II  PEMBAHASAN
            2.1. Pengertian Eliminasi Fekal
            2.2. Gangguan Eliminasi Fekal
            2.3. Masalah-masalah Pada Gangguan Eliminasi
        2.4. Etiologi Penyebab Gangguan Eliminasi Fekal
            2.5. Faktor pencetus gangguan eliminasi fekal
        2.6. Patofisiologi Gangguan Eliminasi Fekal
            2.7. Tanda dan Gejala
            2.8. Pemeriksaan Penunjang
2.9. Karakteristik Fases

BAB III  PENUTUP
A.   Kesimpulan
B.   Saran
DAFTAR PUSTAKA









BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin atau bowel (feses). Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi. Sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya proses eliminasi urine adalah ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Proses ini terjadi dari dua langkah utama yaitu : Kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya meningkat diatas nilai ambang, yang kemudian mencetuskan langkah kedua yaitu timbul refleks saraf yang disebut refleks miksi (refleks berkemih) yang berusaha mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal, setidak-tidaknya menimbulkan kesadaran akan keinginan untuk berkemih. Meskipun refleks miksi adalah refleks autonomik medula spinalis, refleks ini bisa juga dihambat atau ditimbulkan oleh pusat korteks serebri atau batang otak.
Kandung kemih dipersarafi araf saraf sakral (S-2) dan (S-3). Saraf sensori dari kandung kemih dikirim ke medula spinalis (S-2) sampai (S-4) kemudian diteruskan ke pusat miksi pada susunan saraf pusat. Pusat miksi mengirim signal pada kandung kemih untuk berkontraksi. Pada saat destrusor berkontraksi spinter interna berelaksasi dan spinter eksternal dibawah kontol kesadaran akan berperan, apakah mau miksi atau ditahan. Pada saat miksi abdominal berkontraksi meningkatkan kontraksi otot kandung kemih, biasanya tidak lebih 10 ml urine tersisa dalam kandung kemih yang diusebut urine residu. Pada eliminasi urine normal sangat tergantung pada individu, biasanya miksi setelah bekerja, makan atau bangun tidur., Normal miksi sehari 5 kali.
Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga disebut bowel movement. Frekwensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi dari beberapa kali perhari sampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga bervariasi setiap orang. Ketika gelombang peristaltik mendorong feses kedalam kolon sigmoid dan rektum, saraf sensoris dalam rektum dirangsang dan individu menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk defekasi.
Eliminasi yang teratur dari sisa-sisa produksi usus penting untuk fungsi tubuh yang normal. Perubahan pada eliminasi dapat menyebabkan masalah pada gastrointestinal dan bagian tubuh yang lain. Karena fungsi usus tergantung pada keseimbangan beberapa faktor, pola eliminasi dan kebiasaan masing-masing orang berbeda. Klien sering meminta pertolongan dari perawat untuk memelihara kebiasaan eliminasi yang normal. Keadaan sakit dapat menghindari mereka sesuai dengan program yang teratur. Mereka menjadi tidak mempunyai kemampuan fisik untuk menggunakan fasilitas toilet yang normal ; lingkungan rumah bisa menghadirkan hambatan untuk klien dengan perubahan mobilitas, perubahan kebutuhan peralatan kamar mandi. Untuk menangani masalah eliminasi klien, perawata harus mengerti proses eliminasi yang normal dan faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi


2.2. Gangguan Eliminasi Fekal
  Gangguan eliminasi fekal adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko tinggi mengalami statis pada usus besar, mengakibatkan jarang buang air besar, keras, feses kering. Untuk mengatasi  gangguan eliminasi fekal biasanya dilakukan huknah, baik huknah tinggi maupun huknah rendah. Memasukkan cairan hangat melalui anus sampai ke kolon desenden dengan menggunakan kanul rekti.


2.3. Masalah-masalah Pada Gangguan Eliminasi
a.    Konstipasi, merupakan gejala, bukan penyakit yaitu menurunnya frekuensi BAB disertai dengan pengeluaran feses yang sulit, keras, dan mengejan. BAB yang keras dapat menyebabkan nyeri rektum. Kondisi ini terjadi karena feses berada di intestinal lebih lama, sehingga banyak air diserap.

b.   Impaction, merupakan akibat konstipasi yang tidak teratur, sehingga tumpukan feses yang keras di rektum tidak bisa dikeluarkan. Impaction berat, tumpukan feses sampai pada kolon sigmoid.

c.    Diare, merupakan BAB sering dengan cairan dan feses yang tidak berbentuk. Isi intestinal melewati usus halus dan kolon sangat cepat. Iritasi di dalam kolon merupakan faktor tambahan yang menyebabkan meningkatkan sekresi mukosa. Akibatnya feses menjadi encer sehingga pasien tidak dapat mengontrol dan menahan BAB.

d.  Inkontinensia fecal, yaitu suatu keadaan tidak mampu mengontrol BAB dan udara dari anus, BAB encer dan jumlahnya banyak. Umumnya disertai dengan gangguan fungsi spingter anal, penyakit neuromuskuler, trauma spinal cord dan tumor spingter anal eksternal. Pada situasi tertentu secara mental pasien sadar akan kebutuhan BAB tapi tidak sadar secara fisik. Kebutuhan dasar pasien tergantung pada perawat.

e.   Flatulens, yaitu menumpuknya gas pada lumen intestinal, dinding usus meregang dan distended, merasa penuh, nyeri dan kram. Biasanya gas keluar melalui mulut (sendawa) atau anus (flatus). Hal-hal yang menyebabkan peningkatan gas di usus adalah pemecahan makanan oleh bakteri yang menghasilkan gas metan, pembusukan di usus yang menghasilkan CO2.

f.   Hemoroid, yaitu dilatasi pembengkakan vena pada dinding rektum (bisa internal atau eksternal). Hal ini terjadi pada defekasi yang keras, kehamilan, gagal jantung dan penyakit hati menahun. Perdarahan dapat terjadi dengan mudah jika dinding pembuluh darah teregang. Jika terjadi infla-masi dan pengerasan, maka pasien merasa panas dan gatal. Kadang-kadang BAB dilupakan oleh pasien, karena saat BAB menimbulkan nyeri. Akibatnya pasien mengalami konstipasi.



2.4. Etiologi Penyebab Gangguan Eliminasi Fekal
a. Pola diet tidak adekuat/tidak sempurna:
Makanan adalah faktor utama yang mempengaruhi eliminasi feses. Cukupnya selulosa, serat pada makanan, penting untuk memperbesar volume feses. Makanan tertentu pada beberapa orang sulit atau tidak bisa dicerna. Ketidak mampuan ini berdampak pada gangguan pencernaan, di beberapa bagian jalur dari pengairan feses. Makan yang teratur mempengaruhi defekasi. Makan yang tidak teratur dapat
mengganggu keteraturan pola defekasi. Individu yang makan pada waktu yang sama setiap hari mempunyai suatu keteraturan waktu, respon fisiologi pada pemasukan makanan dan keteraturan pola aktivitas peristaltik di colon.

b. Cairan
Pemasukan cairan juga mempengaruhi eliminasi feses. Ketika pemasukan cairan yang adekuat ataupun pengeluaran (cth: urine, muntah) yang berlebihan untuk beberapa alasan, tubuh melanjutkan untuk mereabsorbsi air dari chyme ketika ia lewat di sepanjang colon. Dampaknya chyme menjadi lebih kering dari normal, menghasilkan feses yang keras. Ditambah lagi berkurangnya pemasukan cairan memperlambat perjalanan chyme di sepanjang intestinal, sehingga meningkatkan reabsorbsi cairan dari chyme

c. Meningkatnya stress psikologi
Dapat dilihat bahwa stres dapat mempengaruhi defekasi. Penyakit-penyakit tertentu termasuk diare kronik, seperti ulcus pada collitis, bisa jadi mempunyai komponen psikologi. Diketahui juga bahwa beberapa orang yagn cemas atau marah dapat meningkatkan aktivitas peristaltik dan frekuensi diare. Ditambah lagi orang yagn depresi bisa memperlambat motilitas intestinal, yang berdampak pada konstipasi

d. Kurang aktifitas, kurang berolahraga, berbaring lama.
Pada pasien immobilisasi atau bedrest akan terjadi penurunan gerak peristaltic dan dapat menyebabkan melambatnya feses menuju rectum dalam waktu lama dan terjadi reabsorpsi cairan feses sehingga feses mengeras
e. Obat-obatan
Beberapa obat memiliki efek samping yang dapat berpengeruh terhadap eliminasi yang normal. Beberapa menyebabkan diare; yang lain seperti dosis yang besar dari tranquilizer tertentu dan diikuti dengan prosedur pemberian morphin dan codein, menyebabkan konstipasi. Beberapa obat secara langsung mempengaruhi eliminasi. Laxative adalah obat yang merangsang aktivitas usus dan memudahkan eliminasi feses. Obat-obatan ini melunakkan feses, mempermudah defekasi. Obat-obatan tertentu seperti dicyclomine hydrochloride (Bentyl), menekan aktivitas peristaltik dan kadang-kadang digunakan untuk mengobati diare

f. Usia; Umur tidak hanya mempengaruhi karakteristik feses, tapi juga pengontrolannya. Anak-anak tidak mampu mengontrol eliminasinya sampai sistem neuromuskular berkembang, biasanya antara umur 2 – 3 tahun. Orang dewasajuga mengalami perubahan pengalaman yang dapat mempengaruhi proses pengosongan lambung. Di antaranya adalah atony (berkurangnya tonus otot yang normal) dari otot-otot polos colon yang dapat berakibat pada melambatnya peristaltik dan mengerasnya (mengering) feses, dan menurunnya tonus dari otot-otot perut yagn juga menurunkan tekanan selama proses pengosongan lambung. Beberapa orang dewasa juga mengalami penurunan kontrol terhadap muskulus spinkter ani yang dapat berdampak pada proses defekasi.

g. Penyakit-penyakit seperti obstruksi usus, paralitik ileus, kecelakaan pada spinal cord dan tumor.Cedera pada sumsum tulang belakan dan kepala dapat menurunkan stimulus sensori untuk defekasi. Gangguan mobilitas bisa membatasi kemampuan klien untuk merespon terhadap keinginan defekasi ketika dia tidak dapat menemukan toilet atau mendapat bantuan. Akibatnya, klien bisa mengalami konstipasi. Atau seorang klien bisa mengalami fecal inkontinentia karena sangat berkurangnya fungsi dari spinkter ani.



2.5. Faktor pencetus gangguan eliminasi fekal
1. Respon keinginan awal untuk defekasi.
Beberapa  masyarakat mempunyai kebiasaan mengabaikan respon awal untuk defekasi. Akibatnya feses menjadi mengeras karena terlalu lama di rectum dan terjadi reabsorbsi cairan.

2.Gaya hidup.
Banyak segi gaya hidup mempengaruhi seseorang dalam hal eliminasi defekasi. Tersedianya fasilitas toilet atau kamar mandi dapat mempengaruhi frekuensi eliminasi dan defekasi. Praktek eliminasi keluarga dapat mempengaruhi tingkah laku.


2.6. Patofisiologi
Gangguan Eliminasi Fekal
 Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga disebut bowel movement. Frekwensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi dari beberapa kali perhari sampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga bervariasi setiap orang. Ketika gelombang peristaltik mendorong feses kedalam kolon sigmoid dan rektum, saraf sensoris dalam rektum dirangsang dan individu menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk defekasi.
Defekasi biasanya dimulai oleh dua refleks defekasi yaitu refleks defekasi instrinsik. Ketika feses masuk kedalam rektum, pengembangan dinding rektum memberi suatu signal yang menyebar melalui pleksus mesentrikus untuk memulai gelombang peristaltik pada kolon desenden, kolon sigmoid, dan didalam rektum. Gelombang ini menekan feses kearah anus. Begitu gelombang peristaltik mendekati anus, spingter anal interna tidak menutup dan bila spingter eksternal tenang maka feses keluar.
Refleks defekasi kedua yaitu parasimpatis. Ketika serat saraf dalam rektum dirangsang, signal diteruskan ke spinal cord (sakral 2 – 4) dan kemudian kembali ke kolon desenden, kolon sigmoid dan rektum. Sinyal – sinyal parasimpatis ini meningkatkan gelombang peristaltik, melemaskan spingter anus internal dan meningkatkan refleks defekasi instrinsik. Spingter anus individu duduk ditoilet atau bedpan, spingter anus eksternal tenang dengan sendirinya.
Pengeluaran feses dibantu oleh kontraksi otot-otot perut dan diaphragma yang akan meningkatkan tekanan abdominal dan oleh kontraksi muskulus levator ani pada dasar panggul yang menggerakkan feses melalui saluran anus. Defekasi normal dipermudah dengan refleksi paha yang meningkatkan tekanan di dalam perut dan posisi duduk yang meningkatkan tekanan kebawah kearah rektum. Jika refleks defekasi diabaikan atau jika defekasi dihambat secara sengaja dengan mengkontraksikan muskulus spingter eksternal, maka rasa terdesak untuk defekasi secara berulang dapat menghasilkan rektum meluas untuk menampung kumpulan feses. Cairan feses di absorpsi sehingga feses menjadi keras dan terjadi konstipasi.


2.7. Tanda dan Gejala
Tanda Gangguan Eliminasi Fekal
a.    Konstipasi
Konstipasi bukan merupakan suatu penyakit, melainkan suatu keluhan yang muncul akibat kelainan fungsi dari kolon dan anorektal. Konstipasi atau sembelit adalah terhambatnya defekasi dari kebiasaan normal. Pengertian ini dapat diartikan sebagai defekasi yang jarang, jumlah feses yang kurang, konsistensinya keras dan kering. Obstipasi bersinonim dengan konstipasi.
1). Menurunnya frekuensi BAB
2). Pengeluaran feses yang sulit, keras dan mengejan
3). Nyeri rektum

Definisi kontipasi bersifat relatif, tergantung pada konsistensi tinja, frekuensi buang air besar dan kesulitan keluarnya tinja. Pada anak normal yang hanya berak setiap 2-3 hari dengan tinja yang lunak tanpa kesulitan, bukan disebut konstipasi. Konstipasi adalah persepsi gangguan buang air besar berupa berkurangnya frekuensi buang air besar, sensasi tidak puasnya buang air besar, terdapat rasa sakit, harus mengejan atau feses keras.
Konstipasi berarti bahwa perjalanan tinja melalui kolon dan rektum mengalami penghambatan dan biasanya disertai kesulitan defekasi (sujono).Disebut konstipasi bila tinja yang keluar jumlahnya hanya sedikit, keras, kering, dan gerakan usus hanya terjadi kurang dari 3 x dalam 1 mnggu.
Kriteria baku untuk menentukan ada tidaknya konstipasi telah ditetapkan, meliputi minimal 2 keluhan dari beberapa keluhan berikut yang diderita penderita minimal 25 % selama minimal 3 bulan : (1) tinja yang keras, (2) mengejan pada saat defekasi, (3) perasaan kurang puas setelah defekasi, dan (4) defekasi hanya 2 x atau kurang dalam seminggu.
Pada tahun 1999 Komite Konsensus Internasional telah membuat suatu pedoman untuk membuat diagnosis konstipasi. Diagnosis dibuat berdasar adanya keluhan paling sedikit 2 dari beberapa keluhan berikut, minimal dalam waktu 1 tahun tanpa pemakaian laksans (kriteria Roma II), yaitu (Whitehead 1999) : (1) defekasi kurang dari 3x/minggu, (2) mengejan berlebihan minimal 25 % selama defekasi, (3) perasaan tidak puas berdefekasi minimal 25 % selama defekasi, (4) tinja yang keras minmal 25 %, (5) perasaan defekasi yang terhalang, dan (6) penggunaan jari untuk usaha evakuasi tinja.11

b.    Diare
Diare adalah BAB lebih dari tiga dengan konsistensi cair (WHO, 1992). Diare adalah buang air besar konsistensi lembek /cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya ( biasanya 3 kali atau lebih dalam sehari). Jenis diare sbb
1). BAB sering dengan cairan dan feses yang tidak berbentuk
2). Isi intestinal melewati usus halus dan kolon sangat cepat
3). Iritasi di dalam kolon merupakan faktor tambahan yang menyebabkan meningkatkan sekresi mukosa.
4). feses menjadi encer sehingga pasien tidak dapat mengontrol dan menahan BAB.
Jenis-jenis diare sbb:
1.            Menurut perjalanan penyakit :
Ø   Akut : jika kurang dari 1 minggu
Ø   Berkepanjangan : jika antara 1 minggu sampai 14 hari
Ø   Kronis : jika > 14 hari dan disebabkan oleh non infeksi
Ø   Persisten : Jika >14 hari dan disebabkan oleh infeksi
2.            Menurut patofisiologi :
Ø  . Gangguan absorbsi
Ø  . Gangguan sekresi
Ø  . Gangguan osmotik
3.            Menurut penyebab :
Ø  Infeksi : Virus, bakteri, parasit,jamur
Ø  Konstitusi
Ø  Malabsorbsi
4.            Diare dengan masalah lain. Anak yang menderita diare mungkin juga disertai dengan penyakit lain, seperti : demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya.



Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor:
1. Infeksi
1.Infeksi entral : ialah infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab diare pada anak meliputi infeksi interal sebagai berkut :
·         Infeksi bakteri: vibrio, E. coli, Salmonella, Sigela, Campylobakteri, Yersenia, Aerromonas dan sebagainya..
·         Infeksi virus : Entro virus, adenovirus, Rotavirus, Astovirus dll.
·         Infeksi parasit : Cacing protozoa dan jamur.
1. Infeksi Parentral ialah ineksi diluar alat pencernaan makan seperti otitis media akut (OMA) tonsillitis/ Tonsiloparingitis, bronkhopnemonia , encepalitis dsb. Keadaan ini terutama tedapat pada anak kurang dari 2 tahun
2. Faktor Malabsorsi
a. Malabsorisi karbohidrat
b. Malabsorsi lemak
c. Malabsorsi Protein
3. Faktor makanan: Makanan basi, beracun alergi terhadap makanan.
4. Psikologis : rasa takut dan cemas


2.8. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan USG
2. Pemeriksaan foto rontgen
3. Pemeriksaan laboratorium feses

2.9. Karakteristik Fases
































                                                                                   

















BAB III
PENUTUP

A.             Kesimpulan
             Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin atau bowel (feses). Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi. Sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya proses eliminasi urine adalah ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra.
             Obstipasi bukan merupakan suatu penyakit, melainkan suatu keluhan yang muncul akibat kelainan fungsi dari kolon dan anorektal. Obstipasi atau sembelit adalah terhambatnya defekasi dari kebiasaan normal.
Diare adalah BAB lebih dari tiga dengan konsistensi cair (WHO, 1992)
Diare adalah buang air besar konsistensi lembek /cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya ( biasanya 3 kali atau lebih dalam sehari)

B.            Saran
Semoga dengan selesainya makalah ini diharapkan agar para pembaca khususnya mahasiswa Akper Pemda Cianjur dapat lebih mengetahui dan memahami tentang gangguan pemenuhan eleminasi fecal, obstipasi dan diare. Dan dapat mengaplikasikannya dalam dunia keperawatan.








DAFTAR PUSTAKA

Ganong, wiliam F.1999. Fisiologi Kedokteran. EGC. Jakarta.
Watson, Roger. 2002. Anatomi dan Fisiologi. EGC. Jakarta
Pearce, Evelyn. 2000. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.